Kumpulan Puisi Sufi Abu al-Mughits al-Husain bin Manshur bin Muhammad al Baidhawi Al-Hallaj
Fana’ dan Hulul
Duh, penganugerah bagi si pemegang karunia, Terhadap diri-Mu dan diriku begitu aku terpada, Kau buat begitu dekat diriku dengan-Mu, sehingga, Kau adalah aku, begitu kukira, Kini dalam wujud diriku menjadi sirna, Dengan-Mu aku Kau buat menjadi fana
Aku yang kucinta, Dan yang kucinta Aku pula, Kami dua jiwa padu jadi Satu, Dan jika kau lihat aku, Tampak pula Dia dalam pandanganmu, Dan jika kau lihat Dia, Kami, dalam pandanganmu tampak nyata, Kau antara kalbu dan denyutku, berlalu, Bagaikan air mata menetes dari kelopakku, Bisik-Mu pun tinggal dalam relung hatiku, Bagai ruh yang hulul dalam tubuh jadi satu, Maha suci Dzat yang menyatakan nasut-nya, Dengan lahut-nya , yang cerlang seiring bersama, Lalu dalam mahluk-Nya pun tampak nyata, Bagai si peminum serta si pemakan tampak sosok-Nya, Hingga semua mahluk-Nya melihat-Nya, Bagai bertemunya dua kelopak mata,
Seorang Sufi besar, yang bernama Muhammad bin Al Fadl
Ka’bah Qolbu
“Aku heran pada orang yang mencari Ka’bah-Nya di dunia ini. Mengapa mereka tidak berupaya melakukan musyahadat tentang-Nya di dalam Qalbu mereka ? Tempat suci kadangkala mereka capai dan kadangkala mereka tinggalkan, tapi musyahadat bisa mereka nikmati selalu. Jika mereka harus mengunjungi batu, yang dilihat hanya setahun sekali, sesungguhnya mereka lebih harus mengunjungi Ka’bah Qalbu, dimana Dia bisa dilihat 360 kali sehari semalam.”
Kumpulan Puisi Sufi Jalaluddin Rumi
Pendakian Jiwa
(Jalaluddin Rumi – Matsnawi III, 3901)
Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan,
Aku mati sebagai tumbuhan dan muncul sebagai hewan,
Aku mati sebagai hewan dan aku menjadi Insaan.
Mengapa aku mesti takut ? Bilakah aku menjadi rendah karena kematian ?
Namun sekali lagi aku akan mati sebagai Insaan, untuk membumbung bersama para malaikat yang direstui;
bahkan dari tingkat Malaikatpun
Aku harus wafat: Segala akan binasa kecuali Allah.
Ketika Jiwa Malaikatku telah kukorbankan,
Aku akan menjadi sesuatu yang tak pernah terperikan oleh pikiran.Oh, biarkan aku tiada ! Karena Ketiadaan Membisikkan nada dalam telinga,
“Sesungguhnya kepada-Nya-lah kita kembali.”
[sumber: Ajaran dan Pengalaman Sufi – Maulana Jalaluddin Rumi, terjemahan dari Reynold A Nicholson]
MAKRIFAT
Tahukah kalian nama tanpa yang diberi nama
Pernahkan kalian petik mawar dari m-w-r semata
Kalian beri ia nama, carilah realitas yang diberi nama
Jangan lihat bulan di air, carilah bulan di langit sana
Andaikan dari nama dan huruf kalian ingin mengatasi
Dari egoisme hendaklah kalian hindarkan diri
Dari semua tabiat jiwa bersihkan diri kalian
Wujud nurani kalian niscaya terlihat
Memang Nabi dalam kalbu kalian niscaya tertampakkan
Tanpa guru dan penuntun pun tidak diperlukan
Dari Dualisme kutukar diri dan kulihat alam hanya satu
Dari Yang Satu kucari, dengan Yang Satu kutahu
Kepada Yang Satu kulihat, dan untuk Yang Satu kuseru
Oleh Piala Cinta kumabuk dan alam pun fana sari pemahamanku
Menikmati minuman dan berbincang dengan-Nya itulah kesibukanku
Kumpulan Puisi Sufi Rabiah
Teman Makrifat
(Ummul Khair Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyyah Al-Qisiyyah)
Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu
Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku
Dengan temanku tubuhku berbincang selalu
Dalam kalbu terpancang selalu Kekasih cintaku
Cinta Ilahi
Ummul Khair Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyyah Al-Qisiyyah
Dalam batin kepadanNya kau durhaka, tapi
Dalam lahir kaunyatakan cinta suci,
Sungguh, aneh sangat gejala ini
Andaikan cintamu memang tulus dan sejati
Yang Dia perintahkan tentu kau taati
Sebab, pecinta pada Yang dicintai patuh dan bakti
Cinta
(Rabi’ah Al Adawiyah)
Aku mencintaiMu dengan dua macam cinta,
Cinta rindu dan cinta karena Kau memang layak dicintai
Dengan cinta rindu,
Kusibukkan diriku dengan mengingat-ingat-Mu selalu,
Tiada yang kuingat selain-Mu,
Sedangkan, cinta karena Kau layak dicintai,
Di sanalah Kau menyingkap hijabku,
Agar aku dapat memandang-Mu
Namun, tak ada Pujian dalam ini dan itu
Segala Pujian hanya untuk-Mu dalam ini dan itu.
Bersemayam dalam hatiku
(Junaid al-Baghdadi)
Kini kutahu, Tuhan — Siapa
Bersemayam dalam hatiku
Dalam rahsia, jauh daripada dunia
Lidahku bercakap dengan-Nya yang kupuja
Melalui sebuah jalan
Kami mendekat rapat
Terpisah jauh daripada-Nya
Berat siksa yang mendera jiwa
Walau Kau sembunyikan wajah-Mu
Jauh daripada pandangan mataku
Dalam cinta kurasa kehadiran-Mu
Yang mesra dalam hatiku
Dalam bencana mengerikan
Tak kusesali seksa yang mencabik jiwa
Hanya Kau saja Tuhan yang kurindu
Bukan kurnia atau tangan pemurah-Mu
Apabila seluruh dunia Kau berikan kepadaku
Atau sorga sebagai pahala
Aku berdoa supaya seluruh kekayaanku
Tak berharga dibanding melihat wajah-Mu
Teman
(Ibn ‘Arabi)
Dulu tidak kusenangi temanku
Jika agamanya lain dari agamaku
Kini kalbuku bisa menampung semua
Ilalang perburuan kijang atau biara Pendeta
Kuil pemuja berhala atau Ka’bah haji berdatangan
Lauh Taurat atau Mushaf Al-qur’an
Kupeluk agama cinta, kemanapun yang kutuju
Kendaraanku cinta, ialah agamaku dan Imanku
Bila Anda mempunyai puisi baik karangan sendiri maupun karya orang lain silakan tambahkan di kotak komentar agar, kita lebih mengapresiasi puisi Sufi
Pencarian Terkait
Tags: #al-Hallaj #al-Junaid #ar-Rumi #Fana #Fana’ dan Hulul #Ibn 'Arabi #kumpulan puisi #Kumpulan Puisi Sufi #makrifat #Muhammad bin Al Fadl #Puisi #puisi cinta #Rabiah #Rahasia #sufi #tasawuf #wali
agung setiawan7 tahun ago
“gila ilahi”
di atas sajadah kusam ini aku mulai gila
di atas sajadah kusam ini aku mulai rindu
di atsa sajadah kusam ini aku mulai cinta
di atas sajadah kusam ini aku mulai fana
cinta kau segalanya bagi ku
walau aku hina aku tak peduli semua itu
oh… wahai al-haq biarkan aku seperti ini
gila,gila,gila karna mu.
rima wardah8 tahun ago
LANGKAH KAKI TELAH MENGIKUTI KATA HATIKU
KATA HATI TELAH TERTUJU PADAMU
PADAMU YA ROSULULLAH
…PENERANG JALAN HIDUPKU
SHOLAWAT SELALU UNTUKMU DUHAI HABIBIKU
JANGAN KATAKAN TIDAK .. KAU WAHAI KAWANKU
JANGAN KAU TOLAK HADIRNYA PENERANG HATI
TANPA ROSULULLOH MUHAMMAD APA ARTI KAMU……
KINI DUA MAHLIGAI TELAH ADA DALAM GEGAMMU
AL QUR’AN DAN HADIST SUCI PECERAH KALBU
BERJALANLAH MENUJU PERAHUMU
BEKAL TELAH KAU DAPAT SEGERALAH PERGI
MENUJU PULAU DI SEBERANG SANA…..
JANGAN BIMBANG DAN RAGU
KAYUH PERAHU KUATKAN IMANMU
DIA YANG ADA DIHATIMU AKAN MENYERTAIMU
JANGANLAH TAKUT PADA ANGIN YG MENDERU
Nuriza Auliatami8 tahun ago
Kami adalah Satu
Oleh : Nuriza Auliatami
Kami adalah jiwa jiwa yang bersatu tubuh.
berteman mesra dalam satu badan.
menyentuh lembut gardu cinta.
Kami adalah jiwa jiwa yang bersatu tubuh.
menyatu didalam air kesucian.
menebar kasih kepada alam.
berlandas garis kasih Tuhan.
Kami adalah jiwa jiwa yang bersatu tubuh.
selalu tersenyum terhadap cobaan.
tetap berdua didalam satu kesatuan.
“Jangan menangis jika dihina.
Lekas bangun kalau jatuh”
Adalah kalimat penguat jiwa jiwa kami
Kami adalah jiwa jiwa yang bersatu tubuh.
bersatu gerak, bersatu kata.
bersatu suara dalam dzikir cinta.
fachry9 tahun ago
BIARKAN AKU MENGIGAU
lelahku dalam dekapan Mu
meski kantuk, ku tahu Engkau membelai ku
biarkan aku tertidur bermimpi dan mengigau
dengan rasa cinta, ku sebut nama Mu
jangan salahkan aku kalau aku mengigau
yang kalian dengar, itulah cinta ku
yang ku puja dan membuat ku lupa
pahamilah aku, karena beginilah keadaanku
betapa AKU lah cinta dalam dekapan rindu
yang bertumbuh dan merindu dari segala ketulusan KU
tiada yang bisa menandingi Cinta KU
karena begitu, KASIH KU ada pada setiap mu
pandangi AKU dengan rindu yang membisu
akan KU bakar setiap cinta yang ada pada mu
AKu kan ada dalam ketiadaan mu
karena AKU lah Cinta yang pencemburu
Fachry Haedar Ali(maumere)
fachry9 tahun ago
PUING-PUING HATI
seakan di medan tempur
bangunan-bangunan itu hancur
tergambar jelas dalam khabar
isi hati terburai dan terbakar
aku menyaksikan tembok yang mengakar
susah terhancur meski dentuman menggelegar
adakah ini negeri yang membatas jiwa dan sirr?
sungguh ia hidup dan menjalar
aku lah saksi pertempuran akhir
pasukan putih dengan senjata mutkhir
adakah hati kan menjadi hancur?
sungguh pertempuran ini membuat ku gusar
betapa aku takut dan gemetar
bayangan hitam terhantu dalam kamar
mestikah aku kalah dan terkapar?
duhai ahmad rangkul aku yang gemetar
Fachry Haedar Ali(Maumere)
fachry9 tahun ago
PENDAKIAN CINTA
gunung ini sungguh sangat tinggi
gunung cinta yang berkobar dari rindu yang mengapi
adakah DiriMU kan menanti?
meski ku jatuh terkulai tak berarti
mengapa rindu ku seperti ini?
terkulai tak berdaya di titian hati
adakah Engkau redup dari api?
hingga rindu ku pun tak Kau terangi
sungguh aku menanti
jangan biarkan aku lelah tak berarti
gapailah aku dalam pendakian ini
sungguh aku merana dalam asmara hati
duhai CINTA yang tinggi
jatuhkan aku dari tinggi nya hati
biar ku tahu sungguh aku tak berarti
hanya CINTA Mu lah yang ku nanti
Fachry Haedar Ali (Maumere)
Alie Topan10 tahun ago
Adakah CINTA bagi sesama….
Pantaskah CINTA pada sesama….
Adanya CINTA dari Yang PuNya….
Pantasnya CINTA hanya Buat-Nya….
ismail10 tahun ago
Syukur lah, ada saudara ku disana rupanya disana yang suka hidangan yang sama, syukur alhamduliLah
[email protected]11 tahun ago
‘meleburkan’ diri dengan-Nya dalam tarian sa’ma dan lautan cinta.
Walijo11 tahun ago
ungkapannya bagus….